UPANISAD
BRHAD-ARANYAKA
UPANISAD
BAB
I Brahmana Pertama- BAB III Brahmana Kedua
Dosen Pengampu:
Oleh:
Sundari janur Anggita
1509.10.0038
SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU
DHARMA NUSANTARA
JAKARTA
2017
KATA PENGANTAR
Om swastyastu
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida sang Hyang
Widi Wasa atas berkat waranugraha-Nya,
makalah mata kuliah Upanisad ini bisa terselesaikan.Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih kepada pihak-pihak yang terkait dalam pembuatan makalah ini,
diantaranya, Ibu Kadek Hemamalini, S.Pd.H, M.Fil.Hsebagai dosen pengampu mata
kuliah Upanisad, teman-teman dikelas yang telah memberikan kami dukungan, dan
semua pihak Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Nusantara Jakarta yang terkait
dalam menyediakan sarana dan prasarana guna mempermudah pencarian literature.
Makalah yang kami buat ini sangat jauh dari kesempurnaan, sehingga
kritik dan saran bagi pembaca sangat diharapkan guna dijadikan pembelajaran
pada pembuatan makalah yang akan datang. Terima kasih atas partisipasinya
semoga semua isi yang ada dalam makalah dapat bermanfaat bagi bembaca.
Om santi, santi, santi Om.
Jakarta, Mei 2017
Sundari Janur Anggita
|
KATA
PENGANTAR ............................................................................. i
DAFTAR
ISI ............................................................................................. ii
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................
1.2 Rumusan Masalah......................................................................
1.3 Tujuan........................................................................................
BAB IIPEMBAHASAN
1.1 BAB I Brahmana Pertama...................................................
1.2 Brahmana kedua...................................................................
1.3 Brahmana ketiga...................................................................
1.4 Brahmana keempat...............................................................
1.5 Brahmana kelima..................................................................
1.6 Brahmana keenam................................................................
1.7 BAB II Brahmana Pertama..................................................
1.8 Brahmana kedua...................................................................
1.9 Brahmana ketiga...................................................................
1.10
Brahmana keempat…………………………………………
1.11
Brahmana kelima..................................................................
1.12
Brahmana keenam................................................................
1.13
BAB III Brahman pertama..................................................
1.14
Brahmana kedua...................................................................
BAB IIIPENUTUP
1.1 Kesimpulan................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Upanisad
merupakan konsep filsafat Hindu dimana,Upanisad sendiri berasal dari kata Upa, ni, dan shad. Upa berarti dekat, ni
berarti di bawah, dan shad berarti
duduk. Jadi, Upanisad berarti duduk dekat, yaitu duduk di dekat seorang guru
untuk menerima ajaran dan pengetahuan yang lebih tinggi. Kitab upanisad
berbentuk dialog antara seorang guru dan muridnya, atau antara seorang Brahmana
dengan Brahmana lainnya.
Upanisad
mengungkapkan hakekat kebenaran yang menjadi dasar segala yang ada, semesta,
dan realitas tertinggi yang diungkapkan secara filosofis sehingga dapat
diterima secara rasional. Pokok ajaran
dari Upanisad adalah tentang Brahman,
Atman, Kosmologi, Eskatologi,
dan Psikologi.
Brhad-aranyaka
Upanisad adalah salah satu bagian dalam Upanisad Utama. Brhad-aranyaka upanisad
yang dianggap sebagai yang terpentingdari semua upanisad, terdiri dari tiga kanda yaitu Madhu kanda yang mengajarkan tentang identitas dasar dari individu
dan atman semesta. Muni kanda
memberikan pembenaran secara falsafah dari ajaran ini, dan Khila kanda yang membicarakan tentang beberapa macam pemujaan dan Samadhi, upasana, yaitu menjawab secara garis besartiga tahap
kehidupan beragama Svarana,
mendengarkan, Manana, pemikiran
logis, dan nididhyasana atau
perenungan. Berdasarkan uraian tersebut, dalam makalah ini, kami akan membahas Brhad-aranyaka Upanisad BAB I Brahmana Pertama- BAB III Brahmana Kedua
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
saja pembahasan dalam BAB IBrhad-aranyaka Upanisad?
2. Apa
saja pembahasan dalam BAB II Brhad-aranyaka Upanisad?
3. Apa
saja pembahasan dalam BAB III Brhad-aranyaka Upanisad?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk
mengetahui apa saja pembahasan dalam BAB IBrhad-aranyaka Upanisad;
2. Untuk
mengetahui apa saja pembahasan dalam BAB IIBrhad-aranyaka Upanisad;
3. Untuk
mengetahui apa saja pembahasan dalam BAB IIIBrhad-aranyaka Upanisad.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 BAB I Brhad-aranyaka Upanisad
2.1.1
Brahmana Pertama
“ Siang sesungguhnya muncul dari
sang kuda ketika kereta yang disebut mahiman muncul didepannya (kuda).
Sumbernya adalah lautan di timur. Malam sesungguhnya muncul untuk sang kuda
ketika kereta yang disebut mahiman muncul di belakangnya. Sumbernya adalah di
lautan Barat. Kedua kereta ini sesungguhnya muncul pada sisi kuda sebagai dua
kereta yajna. Menjadi kuda sembrani dia membawa para dewata, sebagai kuda
pemacek dia membawa para gandharva, sebagai kuda balap dia membawa raksasa dan
sebagai kuda biasa dia membawa manusia. Laut adalah keluarganya, laut adalah
sumbernya.”
Dalam Brhad-aranyaka Upanisad Bab I
Brahmana Pertama, ini membahas tentang Aswa Medha Yadnya. Tentang Aswameda
Yadnya ini kita jumpai dalam Mahabharata, dimana di Hastinapura Yudistira saat itu sedang
termenung mengingat perang Baratayudha yang telah berlalu, banyak korban
berjatuhan dari kedua pihak antara pasukan pandawa dan kurawa. Dalam
ketermenungannya, Yudistira tiba-tiba mendapat sabda dari Rsi Byasa, dalam
sabdanya itu, Rsi berkata, “cucuku Yudistira perang sudah usai dan dirimulah
sebagai pemenangnya, untuk itu sebagai raja yang arif dan bijaksana, kakek
menyarankan kamu untuk melakukan upacara Aswameda.”
Aswameda
atau korban kuda merupakan tradisi ritual yang berasal dari zaman veda sebagai
symbol representasi kekuatan dan kekuasaan yang tertinggi atas raja-raja yang
lain, yang merupakan taklukannya. Pada awalnya dilakukan oleh raja yang
menginginkan keturunan. Tetapi kemudian menjadi korban untuk membuktikan
kekuasaannya dan apabila seorang raja telah merasakan diri telah berkuasa penuh dalam
wilayahnya, maka ia akan mengadakan
korban Aswameda. Untuk itu seekor kuda dari warna tertentu (putih atau coklat
muda keemas-emasan) dilepaskan dan
diikuti (dijaga oleh sekelompok ksatriya, yang harus melindunginya terhadap
serangan orang atau pencuri).
Selama setahun, kuda itu
berkelanakemanapun ia suka tanpa diganggu dan dilindungi oleh satu pasukan
bersenjata. Bila ia melewati perbatasan
kerajaan lain, rajanya akan melawan berperang atau menyerah. Setelah kuda itu
aman berkeliaran demikian, maka
kedudukan raja yang melepaskannya kuda-kuda itu telah terbukti. Pada akhir
tahun kuda itu akan kembali ke ibu kota dan disambut dengan upacara besar lalu
kuda dikorbankan. Raja-raja yang juga pernah melaksanakan Aswameda yadnya
adalah Raja Samudragupta, pemimpin kerajaan Gupta; Raja Sagara, pemimpin
kerajaan Kosala; Raja Aswawarman pemimpin kerajaan Kutai. (Wikipedia)
2.1.2Brahmana Kedua
a) Penciptaan
alam semesta
“ Pada mulanya adalah hampa, tidak
ada sesuatupun disini. Oleh kematianlah semuanya ini ditutupi atau oleh
kelaparan, sebab lapar adalah kematian. Dia menciptakan pikiran, yang berpikir
“akan kuciptakan Atman”. Kemudian dia bergerak dan menyembah. Dari sembahnya
itu terciptalah air. “Sesungguhnya.” Dia
berpikir, “ketika aku sedang menyembah, muncullah air dank arena itu air
disebut arka (Api)”. Air sesungguhnya akan muncul pada seseorang yang mengerti
mengapa air disebut arka (api).”
Dalam Brahmana kedua mantra 1 sampai
3 ini menjelaskan tentang penciptaan alam semesta yang awalnya ituadalah hampa,
kemudian, tercipta air, api, zat padat dan kemudian terciptalah alam semesta
beserta isinya termasuk bumi, bulan, matahari, langit, dan arah. Dalam
Mahanarayana Upanisad disebutkan “sang pencipta, yang hadir dalam air tanpa tepi,
pada bumi dan diatas surga, dan yang lebih besar dari yang besar, setelah
memasuki kecerdasan makhluk yang bersinar dalam wujud benih, bertindak dalam
janin (yang tumbuh menjadi makhluk hidup yang dilahirkan). (Vimalananda,
1997;3)
Menurut Brahmanda Purana, pada
awalnya tiada apapun, dunia ini gelap
total, dimana-mana yang ada hanyalah air, dari dalam air itu muncul telur
keemasan, dari dalam telur itu Brahma menciptakan dirinya sendiri.
Kemudian
di mantra 4 sampai mantra 7menjelaskan tentang atman, dimana atman itu
menginginkan tubuh yang kedua (tubuh atau bentuk). Dari tubuh itu kemudian ia
melakukan yadnya sebagai bentuk persembahan atau pengorbanan suci kepada
seluruh dewata.
2.1.3 Brahmana Ketiga
a)
Keunggulan Nafas Dibandingkan dengan
Fungsi-fungsi Badaniah
“Dia disebut Ayasya Angirasa karena
dia adalah inti dari seluruh anggota raga. Sesungguhnya, nafas hidup ini adalah
inti dari anggota raga, ya, nafas hidup adalah inti dari anggota raga. Karena
itu, dari anggota raga apa saja nafas hidup meninggalkan kita, itu pasti akan
menjadi kering; sebsb sesungguhnya dia adalah inti dari anggota raga.”
Dalam Brahmana ketiga ini
menjelaskan bahwa Atman adalah yang tertinggi, ia menguasai ego, manas, dan
kesepuluh indriya.(Sutrisna,2009;67) Atman atau nafas adalah inti dari tubuh,
tanpa nafas, tubuh akan mati dan panca indriya tidak dapat bergerak atau
bekerja. Atma adalah yang menghidupkan makhluk itu sendiri, sering juga disebut
badan halus dan atma yang menghidupkan badan manusia disebut Jiwatman. Badan
dengan atma ini bagaikan hubungan kusir dengan kereta. Kusirnya adalah atma,
keretanya adalah badan. Indria di badan kita tidak akan berfungsi tanpa atma.
Misalnya, mata tidak dapat melihat jika tidak dijiwai oleh atma. Telingapun
tidak dapat mendengar apabila tidak ada sang atma. (Suwisma, 2013; 115)
b)
Wirama Dukacita Tentang Nafas
Mantra
28;
“ Sekarang, pengulangan berikutnya
hanya berasal dari wirama penyucian. Sesungguhnya pendeta prastotr melantunkan
wirama ini dan ketika dia menyanyi
hendaklah dia yang melakukan yadnya yang melantunkannya (ketiga mantra yajus) ini.
“Dari yang tidak nyata, bawalah aku kepada yang nyata, dari kegelapan bawalah
aku kepada sinar yang terang, dari kematian bawalah aku kepada keabadian.”
Ketika tidak nyata adalah kematian yang nyata adalah keabadian. “ dari kematian
bawalah aku kepada keabadian,” “jadikanlah aku keabadian” begitulah apa yang
dia katakana. “ dari kegelapan bawalah aku kepada sinar yang terang; kegelapan
sesungguhnya adalah kematian, sinar adalah keabadian. Dari kematian bawalah aku
kepada keabadian jadikanlah aku abadi, itulah yang dia katakana. “ Dari kematian
bawalah aku kepada keabadian,” tiada yang disembunyikan disini (atau
samar-samar dank arena itu memerlukan penjelasan). Sekarang ayat-ayat apa saja
(yang lain) dalam nyanyian ini yang berisi pujian, padanyalah seseorang
mestinya memperoleh makanan dengan nyanyian. Dan karena itu padanyalah pula
seseorang memilih permintaan apa saja yang diinginkan. Pendeta udgatr itu yang
mengerti hal ini, keinginian apa saja yang dia inginkan baik untuk dirinya
sendiri maupun untuk yang melakukan yadnya itu dia peroleh dari nyanyian.
Inilah yang disebut menaklukan dunia. Dia mengerti wirama ini, untuk itu dia
tidak ada ketakutan atas keadaannya tanpa dunia.”
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa
nafas pada hakikatnya adalah suatu keabadian. Namun dalam tubuh manusia, nafas
dipengarui oleh keduniawian, sehingga membutuhkan suatu pembebasan.
Pertemuan
antara atma dan badan menimbulkan ciptaan menyebabkan atma dalam keadaan
avidya. Avidya artinya gelap, lupa pada kesadaran. Avidya muncul karenapengaruh
unsur panca mahabhuta yang mempunyai sifat duniawi, menyebabkan atma dalam diri
manusia dalam keadaan awidya. Tujuan kehidupan ialah menghilangkan awidya guna
meraih kesadaran yang sejati dengan cara berbuat baik, subha karma. Menyadari sifat atma yang sempurna dan penuh
kesucian menimbulkan usaha untuk menghilangkan pengaruh awidya tadi. Apabila
manusia meninggal, yang rusak hanyalah badan kasar, sedangkan atma tetap ada.
Atma akan kembali mengalami kelahiran dengan membawa karma wasana. oleh karena itu, haruslah berbuat baik atas dasar
pengabdian untuk membebaskan sang Atma
dari ikatan duniawi. Jika tidak ada pengaruh duniawi, atman dan Brahman akan
menyatu. (Suwisma, 2013; 115-116 )
2.1.4
Brahmana Keempat
a)
Penciptaaan Dunia dari Atman
Mantra 1
“
Pada mulanya dunia in adalah atman, dalam bentuk sebagai seseorang.
Melihat ke sekelilingnya dia tidak
melihat apa-apa kecuali dirinya. Pertama-tama dia berkata “Aku”. Karena itu
terciptalah kata aku. Karena itu bahkan sampai sekarang, jika seseorang disebut
pertama-tama ia akan berkata “inilah aku”, dan kemudian menyebutkan nama apa
saja yang dia punyai. Sebab sebelum semuanya ini, dia membakar segala
kejahatan, karena itulah dia adalah seseorang. Dia yang mengerti hal ini
sesungguhnya membakar orang yang ingin berada di depannya.”
Dalam Brahmana keempat
dijelaskan bahwa pada mulanya dunia ini
adalah atman dalam bentuk seseorang. Ketika seorang ini melihat sekelilingnya
dia tidak melihat siapa-siapa kecuali dirinya. Seseorang itu menginginkan yang kedua. Dia yang menyebabkan
atman menjadi dua bagian yang berpasang-pasangan, dia menciptakan segala
sesuatunya, apa saja yang ada dalam bentuk sepasang. Kemudian lahirlah sapi
sebagai binatang yang pertama.
Menurut matsya purana, penciptaan
terjadi setelah mahapralaya, leburnya alam semesta, kegelapan dimana-mana.
Semuanya dalam keadaan tidur. Tidak ada materi apapun, baik yang bergerak
maupun tidak bergerak, lalu swayambu melalui dirinya sendiri menjelma, yang
merupakan bentuk diluar indria. Ia menciptakan air/cairan pertama kali, dan
menciptakan bibit penciptaan didalamnya, bibit itu tumbuh menjadi telur emas.
Lalu swayambu memasuki telur itu, dan disebut visnu karena memasukinya.
Setelah menciptakan alam beserta
isinya, kemudian Tuhan menciptakan golongan dewata dalam kelompok yaitu Vasu,
Rudra, Aditya, Visvadeva dan Maruta. Setelah itu diciptakanlah catur varna,
yaitu Brahmana, ksatriya, Vaisya, dan Sudra.Dari semua yang telah diciptakan
ini, wajib bagi mereka untuk melaksanakan persembahan yadnya, bagi keselamatan
semua makhluk.
2.1.5
Brahmana Kelima
a) Penciptaan
Dunia oleh Praja-pati sebagai Makanan untuk Dirinya
Mantra
1
“ Ketika Bapak (dari penciptaan)
menciptakan melalui pengetahuan dan tapa tujuhmacam makanan, salah satu
makanannya adalah umum untuk semua makhlu, dua dia berikan untuk dewata, tiga
dia buat untuk dirinya sendiri, satu dia berikan kepada binatang. Di dalam hal inilah
semuanya berada, apa saja yang bernafas dan yang tidak. Mengapa mereka tidak
menolak ketika mereka sepanjang waktu dimakan? Dia yang tidak mengerti
ketidakbinasaan ini, dia akan menyantap makanan dengan mulutnya. Dia menuju
para dewata, dia hidup dengan kekuatan. Begitulah ayat ini.”
Dalam brahmana ini kita menyimpulkan
bahwa dalam bagian ini menjelaskan tentang struktur alam semesta. Bagian atas
alam semesta terdiri dari tujuh lapisan, tujuh lapisan tersebut dikenal dengan
istilah Saptaloka (tujuh alam). Bhurloka adalah lapisan paling bawah tempat
bumi berada; Bhuwahloka adalah lapisan alam diatasnyaa yang didiami oleh para
raksasa; swahloka atau swargaloka atau surgaa adalah kediaman para dewa yang
dipimpin oleh Dewa Indra; Mahaloka adalah kediaman Rsi Bhrigu; Janaloka adalah
kediaman sapta rsi;Tapaloka merupakan kediaman ras makhluk yang disebut weragi;
Satyaloka atau Brahmaloka merupakan kediaman penguasa satu alam semesta, yaitu
Dewa Brahma.
Di bawah Bhurloka terdapat lapisan
tujuh alam bawah yang dihuni oleh makhluk dengan unsur kasar. Ini dikenal
dengan sapta patala, terdiri dari Atala, Witala, Sutala, Talatala, mahatala,
Rasatala, Patala. Atala identik dengan mahamaya; Witala dipimpin oleh
manifestasi siwa yang disebut Hetakeswara; Sutala dipimpiin oleh raksasa Bali;
Talatala dipimpin oleh Maya; Mahatala kediaman ular raksasa; Rasatala dihuni
oleh para Detya dan Denawa; Patala dipimpin oleh Basuki, Raja para naga.
Planet-planet neraka atau neraka berada di patala.
Selanjutnya adalah disebutkan tiga
dia buat untuk dirinya yaitu pikiran, wicara dan nafas. Tiga hal ini bertujuan
agar manusia dapar bersamadhi bahwa pikiran, wicara, dan nafas adalah yang akan
melindungi dia.
b) Atman
Disamakan dengang Enam Belas Macam Praja-pati
Mantra
15
“ Sesungguhnya orang disini yang
mengerti adalah dia sendiri Praja-pati dengan enam belas bagiannya yang adalah
tahun. Hartanya adalah yang limabelas bagian, dan yang keenambelas adalah
atmannya. Dalam harta sajalah seseorang dapat berkurang dan bertambah. Atman
adalah poros, kekayaan, adalah pelek (kalau ban sepeda, velg). Karena itu
bahkan dikatakan bahwa kalau seseorang kehilangan segalanya kecuali dirinya,
orang berkata bahwa ia hanya kehilangan peleknya (yang bisa diperoleh
kembali).”
Inti dari mantra
ini adalah Atman sebagai poros hidup. Atman adalah nafas dari yang hidup, ia
mencakup segala sesuatu yang hidup, jiwa, diri, atau oknum yang menjadi inti
dari perorangan. Atman adalah asas dari hidupnya manusia, yang bersifat kekal
dan berbeda dengan tubuh yang maya ini. sesungguhnya atman adalah keberadaan
yang sejati, kesadaran yang tidak dapat disamakan dengan pikiran dan
kecerdasan. Atman adalah yang nyata yang mendasari kekuatan yang sadar dari
perorangan, tempat berpijak yang paling dalam dari jiwa manusia.
(Sutrisna,2009; 65)
c) Ketiga Dunia dan Cara-cara untuk Memperolehnya
Mantra
16
“ Sekarang sesungguhnya ada tiga
dunia yaitu, dunia manusia, dunia leluhur, dan dunia dewata. Dunia manusia ini
hany abisa diperoleh melalui keturunan saja, bukan oleh perbuatan yang lain,
dunia leluhur dengan persembahan, dunia dewata dengan pengetahuan. Dunia para
dewata adalah sesungguhnya dunia yang terbaik. Karena itulah mereka memuji
pengetahuan.”
Dengan mempunyai
keturunan yang suputra, akan mengantarkan orang tua mencapai pembebasan, dengan
melakukan persembahan yadnya maka dapat membantu leluhur untuk mencapai
pembebasan. Dengan pengetahuan yang baik(Vidya) seseorang dapat mencapai alam
para dewata, sehingga ia harus manghilangkan segala sifat awdiya. Dalam bhagawadgita
Krishna mengajarkan bahwa bila engkau mengembangkan pengetahuan spiritual,
segala ketidaktahuanmu akan lenyap,maka kesusahan, kesulitan, dan kesedihanmu
akan lenyap pula(Narayana, 2010; 213)
d) Berkat
Seorang Ayah dan Pemindahan Kekuatan
Mantra
17
“Sekarang mengenai peralihan.
Ketika seseorang merasa bahwa dia akan segera mninggal, dia berkata kepada
anaknya “engkau adalah Brahman, engkau
adalah yadnya, dan engkau adalah dunia”. Sang anak menjawab “akulah Brahman,
akulah yadnya, akulah dunia”. Sesungguhnya apapun yang telah dipelajari
semua yang didapat adalah pengetahuan
(brahman). Sesungguhnya yadnya apa saja yang pernah dibuat,semuanya itu
dijadikan satu dunia. Semuanya adalah
demikian, seperti itu. Karena demikian adanya semua, hendaknya dia (sang anak)
memelihara (hubungan-hubunganku) di dunia ini begitulah sang ayah berpikir.
Kerena itulah dia memanggil sang anak diperintahkan untuk, “memperoleh dunia”,
dan karena itu mereka memerintahkan kepada dia. Apabila seseorang mengerti
kepergian dari dunia ini dia akan memasuki
anaknya bersama dengan nafasnya. Apa saja kesalahan yang pernah
dibuatnya, anaknya membedaskan dia dari semua itu, karena itulah dia disebut
seorang putra. Karena sang anaklah seorang bapak berdiri teguh di dunia ini.
kemudian kepadanya masuklah nafas Tuhan yang abadi.”
Dalam
bagian ini kami mengetahui bahwa Brahman adalah ayah asli dari semua makhluk
hidup, dalam Bhagawadgita XIV.14. 4
telah disebutkan sebagai berikut:
“sarva-yonisu kaunteya murtayah sambbhavanti yah
Tasam brahma mahad yonir aham
bija-pradah pita”
Artinya;
Hendaknya
dimengerti bahwa segala jenis kehidupan dimungkinkan oleh kelahiran di alam
material ini, dan bahwa akulah ayah yang memberi benih, wahai putera Kunti.
e) Nafas
yang Tidak Pernah Berhenti
Mantra
21
“ Berikut adalah mengenai
pertimbangan dari upacara-upacara ini. praja-pati menciptakan indriya aktif.
Indriya-indriya ini sewaktu diciptakan, mereka bertengkar satu dengan yang
lainnya. Wicara memutuskan “aku akan terus bicara”, mata ; “aku akan terus
melihat.” Telinga; “aku akan terus mendengar”. Dan begitulah seterusnya
alat-alat tubuh yang lainnya berfungsi sesuai dengan tugasnya. Kematian,
setelah keletihan akhirnya mencengkeram mereka. Kematian menguasai mereka;
setelah menguasai mereka, kematian memberhentikannya dari tugas-tugas mereka.
Akibatnya wicara menjadi letih, mata dan telinga menjadi letih. Tetapi kematian
tidaklah menguasai mereka yang merupakan nafas tengah (madhyaman pranah).
Mereka (indriya-indriya)ningin mengerti tentang nafas tengah ini dengan berkata
; “ inilah sesungguhnya yang terbesar diantara kita, sebab walaupun bergerak
atau tidak bergerak tidaklah dia terganggu atau terluka, dank arena itumari
kita mengambil bentuknya; dari dia mereka menjadi menpunyai bentuk. Karena itulah
mereka disebut dengan panggilannya yaitu “nafas” (prana). Pada keluarga mana
saja yang mengerti akan hal ini maka mereka memanggil keluarga itu dengan
sebutan namanya. Dan barang siapa yang bekerja keras dengan orang yang mengerti
akan hal ini akan menjadi layu dan setelah layu akan meninggal pada akhirnya. Inilah dalam hubungannya dengan atman.”
Dalam bagian ini
menjelaskan bahwa sifat dari nafasitu kekal abadi, meskipun indria-indria dan
badan jasmani telah meninggal, nafas itu tetap ada. Ini bukti bahwa Tuhan
juga tidak berhenti bekerja. Tuhan
selalu bekerja dengan mengamati energi-energinya,
ia mengendalikan segala sesuatu yang diciptakannya.
f) Udara
yang Tidak Pernah Habis
Mantra
22
“Sekarang dalam hubungannya dengan
dewata. Api memutuskan ; “aku akan terus
membakar” Matahari “aku akan terus menghangatkan” Bulan “aku akan tetap
bersinar”. Demikianlah kata para dewata, menurut tugas kedewataannya
masing-masing. Sebab prana memempati kedudukan pusat diantara nafas-vital,
demikian juga udara diantara para dewata ini;
sebab dewata yang lain mempunyai masa surutnya tetapi tidak demikian
dengan udara. Udara adalah dewata yang tidak pernah beristirahat.”
Mantra 22
menjelaskan bahwa, Tuhan berada dalam setiap makhluk, beliau bersemayam di hati
setiap manusia, dan Tuhan itu bersifat kekal. Dalam mantra 23 ini menegaskan
bahwa mengingat Tuhan adalah yang terpenting. Dia yang senantiasa mengingat
tuhan, maka akan mencapai pembebasan, seperti sloka Bhagawadgita sloka VIII
8.8dibawah ini:
“
abhyasa-yoga-yuktena cetasa nanya-gamina
Paramam
purusam divyam yati parthanucintayan”
Artinya;
Orang yang
bersemadi kepadaKu sebagai kepribadian Tuhan yang maha Esa, dengan pikirannya
senantiasa tekun ingat kepada-ku, dan tidak pernah menyimpang dari jalan itu,
dialah yang pasti mencapai kepada-ku, wahai partha.
2.1.6Brahmana
keenam
a) Tiga
Macam Sifat Dunia
Mantra
3
“ Sekarang mengenai pekerjaan tubuh
adalah sumbernya sebab daripadanyalah semua pekerjaan muncul. Ini adalah segi mereka yang sama, sebab ini umum
untuk semua pekerjaan. Ini adalah Brahman mereka, sebab dia mempertahankan
semua pekerjaan. Ketiga-tiganya ini adalah satu, yaitu atman ini; atman
walaupun satu adalah ketiga hal ini. inilah yang menjadi abadi yang ditudungi
oleh yang nyata. Nafas adalah sesungguhnya adalah yang abadi. Nama dan bentuk adalah yang nyata. Oleh
merekalah nafas ini ditudungi.”
Dalam brahmana
keenam menyebutkan bahwa tubuh, indriya adalah nyata, tetapi nafaslah yang
abadi. Nafas atau atman ini akan tetap ada walaupun tubuh telah lenyap. Badan
manusia terdiri dari stula sarira, suksma sarira dan antakarana, yang semua ini
dipelihara olah atman. (Sutrisna, 2009; 68)
2.2
BAB
II Brhad-aranyaka Upanisad
2.2.1
Brahmana Pertama
a) Batasan
Progresif Tentang Brahman
Mantra
2
“Gargya berkata: “Makhluk yang ada pada
matahari, kepadanyalah aku Samadhi seperti kepada Brahman” Ajatasatru berkata
“mohon jangan bicara tentang dia kepadaku. Aku Samadhi kepada dia yang tiada
taranya, sebagai kepala dan raja dari semua makhluk. Dia yang Samadhi dengan
cara itu akan menjadi makhluk yang tiada taranya, kepala dan raja dari semua
makhluk.”
Mantra
20
“Seperti laba-laba bergerak dalam
jaringnya, bagai percikan api yang keluar dari api, begitu pulalah dari atman
ini datang nafas-nafas, semua dunia, semua dewata, semua makhluk. Arti
rahasianya adalah kebenaran. Nafas vital adalah kebenaran, dan kebenaran ini
adalah dia (atman).”
Dalam
bagian ini dapat kami simpulkan bahwa dalam mantra 1 sampai 13 menjelaskan
bahwa Brahman adalah sumber dari segala makhluk, Brahman sebagai simbolisasi alam semesta, disini Brahman
bersifat imanen. Brahman diwujudkan sebagai matahari, bulan, halilintar,
angkasa, udara, api, air, suara, ruangan,dan bayangan. Kemudian dalam mantra
selanjutnya membahas tentang Brahman sebagai atman dalam diri manusia, Brahman
ada dalam setiap tubuh manusia.
Brahmanlah
yang menjadi penyebab terciptanya dan penyebab bergeraknya segala sesuatu yang
ada di alam semesta ini. alam semesta
beserta isinya yang terdiri dari tanah, air, api, udara, dan eter berasal dari Brahman dan berada di
bawah perintah beliau yang bersifat abadi
dan memiliki sifat ada dimana-mana.
2.2.2
Brahmana Kedua
a) Nafas
yang Tercakup dalam Diri Seseorang
Mantra
3
“mengenai hal ini ada mantra
sebagai berikut: “terdapat sebuah mangkok dengan bagian mulutnya berada di
bawah dan bagian bawahnya ada di atas.
Dalam mangkok tersebut diletakkan keagungan dari bentuk yang aneka
ragam. Pada pinggiran mangkok tersebut duduklah sapta rsi, dan ber-wicara
seperti yang kedelapan berhubungan dengan Brahman. ” apa yang disebut sebagai
“mangkok yang bagian mulutnya dibawah dan bagian bawahnya di atas” adalah
kepala, sebab itu adalah mangkok dengan bagian mulutnya dibawah dan bagian
bawahnya diatas. “ di dalamnya terketak keagungan dari bentuk yang aneka
ragam”; nafas sesungguhnya adalah dimana
keagungan dari berbagai bentuk
ditempatkan; dengan demikian dia mengatakan bahwa itu adalah nafas. Pada
pinggirannya duduklah sapta rsi, sesungguhnya nafas adalah para rsi; dengan
demikian dia mengatakan bahwa itu adalah nafas. “wicara sebagai yang kedelapan
hubungannya dengan Brahman.” Sebab wicara sebagai yang kedelapan berhubungan
dengan brahman.”
Menjelaskan
bahwa atman yang menghidupkan indriya manusia. Manusia yang menyadari
keberadaan atman atau nafas dalam dirinya akan mengendalikan dirinya sendiri
sehingga akan terhindar dari berbagai macam musuh. Apabila menyadari sifat atman
yang sempurna dan penuh kesucian, untuk itu
seseorang akan senantiasa memusatkan pikirannya kepada Tuhan. atman atau
nafas kehidupan adalah bagian yang terpenting dalam kehidupan manusia. Atman
mengandung di dalam dirinya hakikat manusia yang sejati. Atman bukan hanya
berada dalam diri manusia, melainkan juga dalam segala sesuatu yang berada di
alam semesta ini, sama halnya dengan Brahman. Tiada sesuatupun yang berada di
luar Brahman dan Atmanlah yang nyata diluarnya tiada sesuatupun yang nyata. (Sutrisna,
2009;39)
Di
dalam badan terdapat hati spiritual, dan dalam hati itu bersemayam Tuhan, juga
dalam tubuh ada jiwa. Keduanya, Tuhandan jiwa tampaknya terpisah dalam badan,
tetapi keduanya bekerja sama, memainkan peran masing-masing dalam tubuh.
(Narayana, 2010; 403)
2.2.3
Brahmana Ketiga
a) Dua
Bentuk dari yang Nyata
Mantra
1
“ Sesungguhnya ada dua bentuk
Brahman, yang berbentuk dan yang tidak berbentuk , yang fana dan yang abadi,
yang bergerak dan yang tidak bergeak (keberadaan) yang nyata dan (makhluk yang
sesungguhnya)”
Menjelaskan
bahwa wujud Tuhan yang Transenden dan imanen, ini bertujuan agar mempermudah
mencapai Tuhan. Tuhan bersifat Transenden, dalam hal ini Tuhan tidak berwujud,
tidak dapat digambarkan dan tidak bisa dipikirkan oleh manusia. Tidak mudah
untuk memberikan penjelasan tentang Tuhan karena adanya keterbatasan kemampuan
akal pikiran manusia. Tuhan yang transendan disebut juga sunya, parama Brahman,
paramasiva, dan paramaatman. Menurut kitab Jnanasiddhata symbol ongkara
digunakan untuk mengartikan alam yang transendental. Wujud Brahman adalah
Neti-neti, bukan ini bukan ini.
Tuhan yang
bersifat imanen disebut juga dengan saguna Brahman. Tuhan memiliki wujud, sifat
dan fungsi. Hal ini dimaksudkan karena manusia memiliki pola pikir yang
berbeda, maka Tuhan diwujudkan dalam berbagai simboldan bentuk yang didambakan
oleh manusia itu sendiri.
2.2.4
Brahmana Keempat
a) Percakapan
Yajnavalkya dengan Maitreyi Mengenai Atman yang Mutlak
Mantra
2
“ Kemudian Maitreyi berkata; “Tuanku,
apabila seluruh jagat ini diisi kekayaan yang menjadi milikku, bisakah kekayaan
itu menjadikan aku abadi?” “tidak bisa” jawab Yajnavalkya; “seperti hidup
seorang yang kaya, begitu jugalah hidupmu. Tentang keabadian, bagaimanapun
tidak ada harapan akan bisa dicapai melalui kekayaan.”
Mantra
5
“Kemudian dia berkata “
sesungguhnya bukan untuk kepentingan sang suami, sang suami disayangi, tetapi
sang suami disayangi untuk kepentingan atman. Sesungguhnya bukan untuk kepentingan sang istri, sang istri
disayangi, melainkan sang istri disayangi demi kepentingan sang atma.
Sesungguhnya bukan untuk kepentingan
sang anak, sang anak disayangi, melainkan sang anak disayangi demi kepentingan
sang atma. Sesungguhnya bukan untuk
kepentingan kekayaan, kakayaan itu disayangi, melainkan kekayaan itu disayangi
demi kepentingan sang atma. Sesungguhnya bukan
untuk kepentingan kebrahmanaan, kebrahmanaan itu disayangi, melainkan kebrahmanaan
itu disayangi demi kepentingan sang atma. Sesungguhnya bukan untuk kepentingan kekesatriyaan, kekesatriyaan
disayangi, melainkan kekesatriyaan disayangi demi kepentingan sang atma.
Sesungguhnya bukan untuk kepentingan dunia,
dunia disayangi, tetapi disayangi demi kepentingan sang atma. Sesungguhnya
bukan untuk kepentingan makhluk-makhluk,
makhluk-makhluk disayangi tetapi demi kepentingan sang atma. Sesungguhnya
bukan untuk kepentingan semuanya, semuanya
disayangi tetapi demi kepentingan sang atma. Sesungguhnya Maitreyi, atman
inilah seharusnya dilihat, didengar, dipikirkan,dan Samadhi kepadanya.
Sesungguhnya dengan melihatnya, denganmendengarnya, dengan memikirkannya dengan
mengerti tentang atman, semuanya akan dimengerti. ”
Inti dari
percakapan Yajnavalkya dan Maitreyi dalam Brhadaranyaka upanisad dinyatakan
bahwa yang paling utama dalam segala hal adalah atman. Atman itulah inti semua
makhluk yang identik dengan Brahman. Hal ini perlu direnungkan oleh setiap
orang bila ia telah mencapainya maka ia akan mengetahui segala rahasia alam
semesta ini.
Adanya cinta
kasih kepada semua makhluk sesungguhnya bukan ditujukan kepada fisiknya tetapi
kepada Atmannya. Percakapan Yajnavalkya dan Maitreyi memberikan pendidikan
cinta kasih kepada semua pihak untuk mewujudkan kehidupan yang harmonis di alam
inidan juga sesudahnya. Dengan demikian
pada percakapan ini pada hakikatnya berintikan kemutlakan dan keuniversalan
sifat atman. Hanya atman yang masih tetap ada setelah badan jasmani ini lenyap.
(Sutrisna,2009;83)
2.2.5
Brahmana Kelima
a) Kosmos
dan Individu
Mantra
1
“ Bumi ini adalah seperti madu
untuk semua makhluk. Dan semua maklhuk adalah bagai madu untuk bumi ini. wujud
abadi dan bersinar yang ada di bumi dan dalam hubungannya dengan diri sendiri
ini, wujud bersinar yang ada di dalam tubuh, dia sesungguhnya adalah atman.
Inilah yang abadi, inilah Brahman, inilah segalanya.”
Mantra
15
“Atman ini sesungguhnya adalah
penguasa semua makhluk, raja semua makhluk. Sama halnya seperti jari-jari yang
sama dipasang pada pelek dan poros roda, demikian juga pada atman ini, semua
makhluk, semua dewata, semua dunia, semua makhluk bernafas, semua atman ini
disatukan bersama.”
Atman adalah
Brahman, atman sebagai percikan dari Brahman, meresapi segala makhluk dan
seluruh ciptaan yang ada di alam semesta ini, bumi, air, udara, api, matahari,
mata angin, bulan ,kilat, awan, ruang di alam semesta ini diliputi oleh atman.
Atman adalah
asas dari kesadaran perseorangan dan Brahman adalah dasar supra perseorangan
dari kosmos. Brahman bukanlah sekedar yang transenden di atas yang lain, tetapi
juga adalah jiwa semesta yang merupakan dasar dari kepribadian manusia melalui
atman yang merupakan inti dari manusia. Semua alam semesta ini adalah Brahman,
ia berada di luar dan juga di dalam alam semesta dan pada setiap makhluk. Dalam tubuh manusia, Atman adalah yang
tertinggi, ian menguasai ego, manas, dan kesepuluh indriya. Atman meliputi
segala sesuatu yang hidup. (Sutrisna,2009;67)
b) Madhu-Vidya:
Ajaran Madu
Mantra
18
“ Ini sesungguhnya madu yang
dijelaskan oleh Dadhyan ahli dalam Atharva veda, kepada kedua asvin. Melihat
ini sang rsi berkata : “dia membuat tubuh dengan kedua kaki dan tubuh dengan
empat kaki. Setelah yang pertama menjadi burung, dia, makhluk itu memasuki
tubuh-tubuh. ”. ini sesungguhnya adalah makhluk yang bersemayam di semua tubuh.
Tiada sesuatupun yang tidak dilengkapi olehnya, dia akan selalu berada
dimana-mana (tubuh)”
Dalam bagian ini
dijelaskan bahwa Brahman berada dalam
setiap ciptaannya, Tuhan menyatu dengan ciptaannya, meresap disegala tempat dan
ada dimana-mana. Brahman ini memiliki berbagai wujud dan bentuk. Karena tidak
terjangkau oleh pikiran manusia maka orang membayangkan bermacam- macam sesuai
kemampuannya. Tuhan yang tunggal itu
dipanggil dengan banyak nama sesuai dengan fungsinya. Ia dipanggil brahma
sebagai pencipta, Wisnu sebagai pemelihara, Siwa sebagai Pemralina. Banyak lagi
panggilannya yang lain, ia maha tau, berada dimana-mana. (Sutrisna, 2012; 36). Dalam sloka dibawah ini
menjelaskan berbagai wujud dari Tuhan;
Rg Veda 1.164.46
“ Indram mitram varunam agnim ahur atho divyah
Ekam
sat vipra bahudha vadantyagnim yarnam mata-risvanam ahuh”
Artinya;
Mereka
menyebut indra, Mitra, varuna agni, dan dia yang bercahaya yaitu Garutman yang
bersayap elok, satu kebenaran itu
(Tuhan) orang bijaksana menyebut dengan
banyak nama seperti agni, yama,matarisvan.
2.2.6
Brahmana keenam
a) Garis
Guru dan Murid
Mantra
1
“ Sekarang garis tradisi dari
perguruan : Pautimasya, memperoleh
ajarannya dari Gaupavana, Gaupavana dari Pautimasya (yang lain). pautimasya ini
dari Gaupavana (yang lain). gaupavana ini dari Kausika, Kausika dari Kaundinya, Kaundinya dari Sandilya,
Sandilya dari Kausika dan Gautama. Gautama.”
Dalam mantra di
brahmana keenam ini disebutkan nama-nama rsi, diama mereka berada dalam satu
garis perguruan yang disebut dengan parampara. Parampara secara harfiah berarti
suksesi, kelanjutan, mediasi, dan tradisi, jadi parampara itu sendiri merupakan
tradisi pengajaran dan transfer pengetahuan suci dari guru ke murid. Pada proses ini seorang murid tinggal bersama
sang guru, sisya menjadi anggota keluarga sang guru dan mendapat pembelajaran
sejati lewat praktek dan asuhan secara terus menerus.
2.3
BAB
III Brhad-aranyaka Upanisad
2.3.1
Brahmana pertama
a) Pemujaan
Yadnya dan Pamrihnya
Mantra
1
“ Prabu janaka dari Videha
melakukan yadnya dimana banyak hadiah ( diberikan kepada pendeta). Brahmana
dari Kuru dan dari Pancala juga berkumpul disana. Dalam eadaan seperti ini
Prabu Janaka dari Videha ingin mengetahui siapa diantara Brahmana yang paling
terpelajar dalam susastra. Beliau menyertakan seribu sapi. Pada setiap tanduk
sapi diikatkan sepuluh tael mata uang emas.”
Dalam brahmana
keenam ini dapat kita simpulkan bahwa disini membahas tentang makna yadnya.
Yadnya berasal dari kata yaj yang berarti memuja atau memberi penghormatan.
Yadnya dapat pula diartikan mamuja, menghormati, berkorban, mengabdi, bebuat
kebajikan, memberi dan penyerahan tulus iklas berupa apa yang dimiliki demi
kesejahteraan, kesempurnaan hidup bersama dan kemahamuliaan Sang Hyang Widhi.
Hal ini berarti yadnya mengandung nilai rasa tulus ikhlas dan kesucian, rasa
bhakti kepada Tuhan, Dewa, Leluhur, Negara, dan kemanusiaan, pelaksanaan yadnya
ini juga dilakukan sesuai kemampuan menurut desa, kala, patra.(Suwisma,
20113;157-158)
Selain
menjelaskan tentang yadnya, dalam bagian ini juga menjelaskan tentang kidung
yang dilantunkan pada setiap upacara. Kidung ini dimaksudkan untuk permohonan
agar seseorang dapat mencapai pembebasan. Selain itu kidung juga berfungsi
sebagai sarana untuk ntuk memuja
Sang Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa)
sebagai sumber dari semua yang ada.
2.3.2
Brahmana Kedua
a) Manusia
dalam Keterikatan dan Masa Depannya pada saat Kematian
Mantra
12
“ Yajnavalkya, dia berkata“ ketika
orang seperti itu meninggal apanyakah yang tidak meninggalkannya? Namanya”.
Namanya tetap tidak terbatas dan tiada terbatas jugalah visva-deva. Karena itu,
siapa yang mengerti hal ini akan memperoleh dunia yang tiada terbatas”
Atman
yang terikat adalah atman yang ada dalam keadaan avidya, avidya muncul karena
pengaruh unsure panca maha bhuta yang mempunyai sifat duniawi. Apabila manusia
meninggal, yang meninggal hanyalah badan kasar, sedangkan atma itu tetap ada.
Atma itu akan lahir kembali dengan badan yang baru sesuai dengan karma
wasananya, atman itu akan terlahir sesuai yang ada pada ingatan saat ajal
menjemput seperti dijelaskan dalam sloka Bhagawadgita II.2.22
“Vasamsi jirnani yatha vihaya
Navani grnati naro parani
Tatha sarirani vihaya jirnany
anyani samyati navani dehi”
Artinya;
Seperti
halnya sang roh yang mengenakan pakaian baru, dan membuka pakaian lama, begitu
pula sang roh menerima badan badan jasmani yang baru, dengan meninggalkan
badan-badan yang tidak berguna
Tetapi apabila tidak ada ikatan keduniawian, maka
atman itu bersatu dengan Brahman. Seperti dijelaskan dalm sloka bhagavadgita8.5
dibawah ini:
“Anta-kale ca mam eva smaran muktva
kalevaram
Yah prayati sa mad bhawam yati
nasty atra samsayah”
Artinya:
Siapapun
yang meninggalkan badannya pda saat ajalnya sambil ingat kepada-ku, segera
mencapai sifatku. Kenyataan ini tidak dapat diragukan.
BAB
III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Upanisad
mengungkapkan hakekat kebenaran yang menjadi dasar segala yang ada, semesta,
dan realitas tertinggi. Inti dari Brhad-aranyaka upanisad Bab I sampai dengan
Bab III brahmana kedua, menjelaskan tentang penciptaan alam semesta, Atman dan
Brahman. Pencptaan alam semesta pada
mulanya hanyalah Brahman yang disebut juga atman atau roh. Keberadaan-Nya
adalah tunggal tanpa ada sesuatu yang
lain, maka beliau menciptakan yang lain, manusia, hewan dan tumbuhan.
Brahman merupakan suatu realitas yang tertinggi yang
merupakan sumber dan berakhirnya segala yang ada di alam semesta ini. Brahman
ada tanpa diadakan dan bersifat kekal abadi. Beliau bersifat absolute dan
bersifat relative, wujud Brahman yang absolute disebut Nirguna Brahman
sedangkan wujud yang berpribadi relative disebut saguna Brahman. Seseorang
dapat mencapai Brahman dengan cara yoga dan Samadhi
Atman
merupakan intisari dari manusia, karena semua yang ada dalam diri manusia
seperti indria, pikiran dan sebagainya tergantung kepada Atman. Tanpa atman dan semua makhluk tidak dapat
hidup. Atman bersumber dari Brahman
bahkan dalam Upanisad dinyatakan bahwa atman identik dengan Brahman. Mengenai
atman juga mengetahui Brahman.
DAFTAR PUSTAKA
Prabhupada,
Swami. 2000.Bhagavad Gita Menurut Aslinya.
The Bhaktivedanta Book Trust International, inc
Radhakrishnan,
2015. Upanisad Upanisad Utama.
Surabaya. PARAMITA Surabaya
Sathya
Narayana, Swami. 2010. Jalan Menuju Tuhan.
Surabaya. PARAMITA Surabaya
Sutrisna,
I Made. 2009. Modul Pokok Upanisad.
Jakarta. Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Departemen Agama RI
Sutrisna,
I Made. 2012. Dasar-Dasar Agama Hindu.Jakarta.
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu Departemen Agama RI
Suwisma,
S.N. 2013. Swastikarana. Jakarta,
Penerbit PT Mabhakti
Vimalananda,
Swami. 1997. Mahanarayana Upanisad.
Surabaya. PARAMITA Surabaya
https://sundaridharma.blogspot.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar